
SURABAYA, 13 November 2025 – Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Jawa Timur menegaskan pentingnya transformasi digital dan penerapan teknologi Industri 5.0 sebagai langkah strategis memperkuat daya saing sektor pergulaan nasional.
Melalui modernisasi berbasis inovasi dan efisiensi, Jawa Timur—yang menjadi penghasil gula terbesar di Indonesia—dianggap mampu menjadi motor utama kemandirian gula nasional.
Ketua Umum Kadin Jatim, Adik Dwi Putranto, menyampaikan hal tersebut dalam pembukaan SUGAREX Indonesia 2025 di Surabaya. Acara bertema “Membangun Masa Depan Manis Indonesia melalui Inovasi, Teknologi, dan Keberlanjutan di Industri Gula” ini menjadi ajang penting bagi pelaku usaha untuk beradaptasi dengan era digital.
“Industri gula harus segera bertransformasi. Pemanfaatan teknologi digital dan prinsip Industri 5.0 bukan lagi pilihan, tapi keharusan jika ingin bertahan dan berkembang,” ujar Adik Dwi Putranto.
Jawa Timur saat ini menyumbang sekitar 50 persen dari total produksi gula nasional, dengan luas lahan tebu mencapai 229.869 hektar dan produksi sekitar 1,22 juta ton pada tahun 2024. Capaian tersebut berkontribusi besar terhadap total produksi gula nasional yang diperkirakan mencapai 2,6 juta ton pada periode 2024/2025.
Adik menegaskan, percepatan transformasi digital di sektor pergulaan Jawa Timur akan berdampak langsung pada ketahanan pangan nasional. “Jika Jatim mampu memodernisasi pabrik dan mengintegrasikan teknologi cerdas, maka separuh tantangan produksi gula nasional bisa kita jawab dari sini,” ujarnya.
Sektor pergulaan saat ini menghadapi berbagai tantangan, mulai dari produktivitas lahan yang rendah, pabrik berusia tua, hingga rantai pasok yang belum efisien. Selain itu, perubahan iklim dan tuntutan keberlanjutan mendorong industri untuk berinovasi.
Menurut Adik, peluang besar terbuka melalui teknologi digital, kecerdasan buatan (AI), dan sistem otomasi yang dapat meningkatkan efisiensi.
Penerapan konsep Industri 5.0, yang menekankan kolaborasi antara manusia dan mesin, akan membawa industri gula menuju efisiensi tinggi sekaligus keberlanjutan.
Teknologi seperti sensor tanah, traktor otomatis, Internet of Things (IoT) untuk pemantauan produksi, hingga digitalisasi rantai pasok diyakini menjadi fondasi modernisasi dari hulu ke hilir.
Ajang SUGAREX Indonesia 2025 menghadirkan lebih dari 80 peserta pameran dari delapan negara, termasuk Indonesia, Singapura, Malaysia, Thailand, Jerman, India, Korea, dan Tiongkok. Sekitar 3.000 pelaku bisnis dan pengambil keputusan turut hadir, menjadikan pameran ini sebagai panggung kolaborasi regional di sektor gula.
Group CEO Fireworks Trade Media Kenny Yong, menilai teknologi AI dan Industri 5.0 akan menjadi penggerak utama peningkatan efisiensi dan daya saing industri gula Indonesia.
“Solusi digital akan membantu industri gula Jawa Timur memperluas kapasitas produksi dan menerapkan praktik berkelanjutan agar tetap kompetitif secara global,” ujarnya.
Kepala Divisi Bisnis Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia (P3GI), Risvan Kuswurjanto, menegaskan pentingnya riset dalam mendukung transformasi digital industri gula.
“Teknologi baru seperti traktor otomatis dan sistem efisiensi pabrik berawal dari riset mendalam. Kami juga mengembangkan varietas tebu unggul dan riset hilirisasi seperti produk minuman berbasis tebu,” jelasnya.


